PENGARUH BODY CONDITION SCORE (BCS) TERHADAP EFISIENSI REPRODUKSI SAPI BALI DI KABUPATEN SORONG
Abstract
Body Condition Score (BCS) merupakan nilai kondisi tubuh berdasarkan perkiraan visual timbunan lemak tubuh di bawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang belakang, tulang rusuk, dan pinggul. Kegunaan BCS adalah untuk memprediksi secara dini status kesenjangan energi sapi pada masa awal laktasi. Service Per Conception (S/C) adalah angka yang menunjukkan jumlah inseminasi yang digunakan untuk menghasilkan kehamilan. Days Open (DO) merupakan jangka waktu atau selang waktu sejak sapi melahirkan sampai dikawinkan kembali dan terjadi proses kebuntingan. Calving Interval (CI) adalah interval waktu antara melahirkan dan melahirkan berikutnya. Conception Rate atau angka konsepsi adalah persentase ternak betina yang bunting pada perkawinan pertama. Penelitian tersebut akan dilakukan di peternakan rakyat melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2023. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh BCS terhadap efisiensi reproduksi sapi bali pada paritas 1 dan 2, serta mengetahui BCS ideal dalam reproduksi display: Service Per Conception (S/C), Days Open (DO), Calving Interval (CI) dan Conception Rate (CR). Penelitian ini menggunakan 65 ekor sapi Bali betina. Pengamatan BCS dan pencatatan inseminasi buatan minimal telah dua kali lahir dan dianalisis dengan One Way Classification yang dibedakan menjadi dua jenis. BCS tipe pertama terdiri dari 4 treatment dan 2 remedial yang dibagi menjadi BCS 2,0; 2,5; 3,0 dan 3,5. Jenis paritas dengan 2 perlakuan dan 4 remedial dibagi menjadi paritas 1 dan 2. Variabel yang diamati meliputi S/C, DO, CI dan CR. Data sampel yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ANOVA dan apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (LSD). Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh BCS terhadap efisiensi reproduksi sapi Bali pada paritas 1 dan 2, yaitu: (1) BCS terbaik diperoleh pada BCS 3,0 dan 3,5. Nilai reproduksi DO pada BCS adalah 92,38±6,06 hari dan 94,10±3,84 hari. Sedangkan nilai CI reproduksi pada BCS adalah 381,91±7,38 hari dan 380,50±4,33 hari. (2) Paritas terbaik diperoleh pada paritas 2 dengan nilai S/C: 1,15±0,13 kali dan nilai CR: 84,00±13,83%.
Kata Kunci: Body Condition Score (BCS), Sapi Bali, Efisiensi
Downloads
References
Ajili, N., Rekik, B., Gara, A.B. and Bouraouni, R. 2007. Relationship among milk production, reproductive traits, and herd life for Tunisian Holstein Friesian cows. African Journal of Agricultural Research. 2 (2): 047-051.
Ali, A. K. A., A. Al-Haidary, M. A. Alshaikh, M. H. Gamil, and E. Hayes. 2000. Effect of days open on the lactation curve of Holstein cattle in Saudi Arabia. J. Anim. Sci. 13(3):277-286.
Attabany, A., B.P. Purwanto, T. Toharmat dan A. Anggraeni. 2011. Hubungan massa kosong dengan produktifitas pada sapi perah Bos taurus. Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas.
Anggraeni, A. 2011. Indeks reproduksi sebagai faktor penentu efisiensi pada sapi bali betina: fokus kajian pada sapi potong Bos sondaicus. Semiloka Nasional Pengembangan Industri Sapi Potong Menuju Swasembada Daging Sapi (PSDS) Tahun 2014.
Ball, P. J.H. and A.R. Peters. 2007. Reproduction in catlle. 3th Edition. Blackwell Publishing Ltd, Garsington Road, Oxford, UK.
Berman, A. 2005. Estimates of heat stress relief need for Holstein dairy cows. Anim. Sci. 83: 1377-1384.
Belstra, B. A. 2003. Investigation of postpartum and postweaning factors that may affect subsequent sow reproductive performance. North Carolina State University. Pro Quest Information and Learning Company. United States of America. pp. 15-25.
Calderon, A., D. V. Amstrong, D. E. Ray, S. K. Denise, R. M. Enns and C. M. Howison. 2005. Productive and reproductive response of Holstein and Brown Swiss heat stressed dairy cows to two different cooling systems. J. Anim. Vet. 4(6): 572-578.
Direktorat Jendral Peternakan, 2010. Petunjuk praktik pengukuran sapi potong. Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Diwiyanto, K. dan I. Inounu. 2009. Dampak crossbreeding dalam program inseminasi buatan terhadap kinerja reproduksi dan budidaya sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor. Wartazoa 19 (2) : 93-102.
Drennan, M. J. and D. P. Berry. 2006. Factor affecting body condition score, live weight and reproductive performance in spring-calving suckler cows. Irish Journal of Agricultural and Food Research 45 (1) : 25-38.
Furqon. 2004. Statistika terapan untuk penelitian. Alfabeta : Bandung.
Gebeyehu, G., A. Asmare and B. Asseged. 2000. Reproductive performances of Fogera Cattle and their Fresien Cvrosses in Andassa Ranch, Northwestern Ethiopia. Institute of Insemination, Royall College of Agriculture and Veterinary Medicine, Denmark.
Gebre, Y.M. 2007. Reproductive traits in Ethiopian male goats. Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences. Uppsala.
Hayati, S., Yuniardi dan A. Gozali, A. 2002. Hubungan antara pre-partum body condition score dengan panjangnya puncak laktasi sapi perah FH di BPTHMT Batu Raden. Jurnal Peternakan Hal. 39-46. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Hadi, P.U. dan N., Ilham. 2002. Problem dan prospek pengembangan usaha pembibitan sapi potong di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 21 (4): 148-157.
Hafez, E. S. E. 2000. Reproduction In Farm Animals‖ . 7 th Edition. Lippincott Williams and Wilkins. Maryland. USA.
Hall, S.J.G. 2011. Livestock biodiversity: genetic resources for the farming of the future. Oxford, UK. Blackwell Science Ltd.
Izquierdo, C.A., V.M.X. Campos, C.G.R. Lang, J.A.S. Oaxaca, S.C. Suares, C. A.C. Jimenes, M.S.C. Jimenes, S.D.P. Betancurt, and J.E.G. Liera. 2008. Effect of the off-springs sex on open days in dairy catlle. J. Ani. Vet. Adv. 7 (10) : 1329-1331.
Inounu, I. 2011. Pembentukan domba komposit melalui teknologi persilangan dalam upaya peningkatan mutu genetik domba lokal. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(3): 218-230.
Iskandar dan Farizal. 2011. Prestasi reproduksi sapi persilangan yang dipelihara di dataran rendah dan dataran tinggi Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 13 (10) : 25-28.
Jordan, E.R. 2003 Effect of heat stress on reproduction. J. Dairy Sci. 86: 104-114.
Jainudeen, M. R. and Hafez, E.S.E. 2008. Cattle and buffallo in reproduction in farm animals. 7 th Edition. Edited by Hafez E. S. E. Lippincott Williams and Wilkins. Maryland. USA. 159 : 171.
Kutsiyah, F., Kusmartono dan Susilawati, T. 2003. studi komparatif produktivitas antara sapi Madura dan persilangan dengan Limousin di pulau Madura. J. Ilmu Ternak Vet. 8 (2) : 99-106.
Le Blanc, S. 2005. Overall reproductive performance of canadian dairy cows challenge we are facing. Advance in Dairy Technology 17: 137-148.
Latief, A., Rahardja, D.P., dan Yusuf, M., 2004. meningkatkan efisiensi reproduksi sapi potong melalui percepatan munculnya estrus postpartum.Jurusan Poduksi Ternak. Universitas Hasanudin.
Moran, J. B. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder Dairy Farms in the Humid Tropics. CSIRO Publishing, Melbourne. http://www.publish.csiro.au/nid/197/issue/3363.htm. Diakses pada tanggal 25 Maret 2014.
Murray, B.B. 2009. Maximazing conception rate in dairy cows: heat detection. Quens Printer for Ontario. http://www.omafra.gov.on.ca/english /livestock/dairy/faacts/84.048.htm. (Diakses pada tanggal 25 Maret 2014).
Mastika, I. M. 2004. Feeding strategies to improve the production performance and meat quality of Bali Cattle (Bos sondaicus). In Strategies to improve Bali cattle in Eastern Indonesia. ACIAR Proceeding No. 110. pp:10-13.
Nurhayati, S. I., R. A. Saptati dan E. Martindah. 2009. Penanganan gangguan reproduksi guna mendukung pengembangan usaha sapi potong. Semiloka Nasional Pengembangan Industri Sapi Potong Menuju Swasembada Daging Sapi (PSDS) Tahun 2014. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Oseni, S., I. Misztal, S. Tsuruta, and R. Rekaya. 2003. Seasonality of days open in US Holstein. J. Dairy Sei. 86 (11) : 3718-3725.
Osterman, S. 2003. Extended calving interval and increased milking frequency in dairy cows. Doctoral thesis. Swedish University of Agricultural Sciences. Uppsala.
Purwanto, B. 2004. Biometeorologi ternak. (http//www.gfmipb.net/kuliah /biomet/Biometeorologi_Ternak.htm). Diakses 12 April 2013.
Partodihardjo, S., 2006. Ilmu reproduksi hewan. Sumber Widya. Jakarta.
Panjono, Harmadji, E. Baliarti dan Kustono. 2000. Performans induk dan pedet sapi peranakan ongole yang diberi ransum jerami padi dengan suplementasi daun gamal. Bulletin Peternakan 24 (2): 76 – 81.
Seiffert, G.W. 2007. Simulated selection for reproductive rate in beef cattle. Journal of Animal Science 61: 402-409.
Sugiarto, H. 2010. Evaluasi keberhasilan inseminasi buatan pada sapi perah berdasarkan service per conseption tahun 2005-2009 (Studi Kasus di wilayah kerja Koperasi Peternakan Sapi Perah [KPSP] Setia Kawan Nongkojajar, Jawa Timur). Thesis, Fakultas Peternakan UMM.
Susilawati, T. dan Affandi, L. 2004. Tantangan dan peluang peningkatan produktivitas sapi potong melalui teknologi reproduksi. Loka Penelitian Sapi Potong. Grati. Pasuruan.
Susilawati, T., S. Ifar, Aulaniam dan Kuswati. 2006. Potensi produksi plasma nutfah sapi Jawa, Bali-Pandaan dan Sapi Madura. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur dan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Susilorini, T.E., M.E. Sawitri dan Muharlien. 2007. Budi daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya: Jakarta.
Tjatur, A.N.K. dan Ihsan M.N. 2011. Penampilan reproduksi sapi perah Friesian Holstein (FH) pada berbagai paritas dan bulan laktasi di ketinggian tempat yang berbeda. J. Ternak Tropika. 11 (2): 1-10.
Toelihere, M.R. 2006. Ilmu kebidanan pada ternak sapi dan kerbau. UI Press, Jakarta.
Talib C., K. Entwistle, A. Siregar, S. Budiarti-Turner and D. Lindsay. 2002. Survey of population and production dynamics of Bali Cattle and existing breeding program in Indonesia. Working Paper. Bali Cattle Workshop bali, 4-7 Febuary 2002.
Talib, C. 2002. Sapi Bali di Daerah Sumber Bibit dan Peluang Pengembangannya. WARTAZOA 12 (3).
Tanari, M., 2001. Usaha pengembangan sapi Bali sebagai ternak lokal dalam menunjang pemenuhan kebutuhan protein asal hewani di Indonesia. Makalah Filsafat Sains. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wulandari, V. 2005. Penampilan produksi dan reproduksi sapi potong pada dua kecamatan di Kabupaten Kebumen [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Wijanarko, A.W. 2010. Kajian beberapa faktor yang mempengaruhi penampilan reproduksi sapi Brahman Cross di Kabupaten Ngawi. Disertasi. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Winugroho, M. 2002. Strategi pemberian pakan tambahan untuk memperbaiki efisiensi reproduksi induk sapi. Jurnal Litbang Pertanian 21 (1): 19-23.
Yunilas. 2009. Bioteknologi jerami padi melalui fermentasi sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Departemen Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Sumatera Utara, Medan.
Yudith, T.A. 2010. Pemanfaatan pelepasan sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap pertumbuhan sapi peranakan Simental fase pertumbuhan. Departemen Pendidikan Fakultas Sumatra Utara.